"Soal pengetahuan, Indonesia sudah siap. Masalahnya adalah di faktor kesempatan, Singapura sudah all wired up. Kalau Indonesia bisa sampai level yang sama, tentu bisa lebih tinggi lagi kesempatannya," kata Wong Ka Vin, Managing Director CSF Asia Pte Ltd, CSF Group, kepada detikINET, Selasa (3/1/2011).
Nah, perbedaan dalam ketersediaan akses internet broadband ini jelas kentara. Di Singapura, akses internet lewat mobile hanya subsidiary (cadangan pengganti) saja. Sementara Indonesia sudah menjadikan mobile internet menu utama.
"Adopsi WAP (mobile) di Singapura lebih rendah dibanding Indonesia. Alasannya karena Singapura sudah terbiasa dimanja dengan akses fixed broadband di mana-mana," kata dia.
"Sementara di Indonesia sudah terbiasa dengan internet mobile, itu sebabnya mobile smartphone laku keras meski masih sangat haus bandwidth. Di Singapura, mobile WAP cuma jadi subtitute saja. Perbedaan tren ini terjadi karena perbedaan di infrastruktur saja," lanjut Wong.
Keterlambatan Indonesia dalam menyediakan infrastruktur internet broadband yang memadai, pada akhirnya berpengaruh pada ketertinggalan hal lain. Selain tertinggal dalam hal kesempatan bisnis, juga tertinggal dalam adopsi tren digital lainnya, semisal internet banking.
"Pola bisnis internet banking itu pula yang mempengaruhi lambatnya adopsi tren teknologi di Indonesia. Fitur teknologi seperti internet banking dan micropayment itu mengikuti perkembangan dan kesiapan internet," jelas Wong.
sumber
0 comments:
Post a Comment
Mohon tinggalkan komentar, karena setitik komentar anda akan sangat berharga dan tak ternilai demi kemajuan blog ini.
Dan maaf, kalau admin tidak bisa langsung membalas komentar anda sekalian, karena jarang online lewat komputer.
Terima kasih :)