Tedi Rosadi, guru SMKN 12 Bandung yang juga koordinator perakitan pesawat terbang, menyebutkan pesawat mulai dirakit sejak Februari 2011 dan selesai Juni 2011.
Pesawat terdiri dari instrumen mesin Jabiru 3.300 cc. Bahan bakar pesawat memakai oktan 95, avtur atau pertamax plus dengan kapasitas 35 liter.
“Jabiru 430 diperkirakan bisa terbang selama empat jam tanpa henti dengan janggkauan 400 hingga 500 kilometer,” sebut Tedi Rosadi kepada okezone di SMKN 12 Bandung, Selasa (10/1/2012).
Pesawat berkapasitas empat penumpang itu dibuat untuk memenuhi fungsi utama yakni pendidikan. Di antaranya, untuk latihan terbang, perawatan mesin, serta mengenal struktur dan mesin pesawat.
“Fungsi utamanya memang pendidikan, tetapi fungsi tambahannya bisa juga dipakai menyiram lahan pertanian,” katanya.
Jabiru-430 dibuat melibatkan 33 siswa dari kelas 11 dan kelas 12 berbagai jurusan di SMKN 12 Bandung, di antaranya siswa jurusan kontsruksi badan pesawat, konstruksi rangka pesawat, elektronik, pesawat udara, dan kelistrikan. Dalam merakit, para siswa dibantu lima guru pembimbing.
Sebelum melakukan perancangan pesawat, mereka mendapat bimbingan dari para pakar pesawat dari PT Dirgantara Indonesia. Selanjutnya pengerjaan dibagi dalam tiga gelombang.
Masing-masing gelombang mengerjakan bagian-bagian pesawat, misalnya bagian konstruksi rangka dan bodi serta mesin. Selanjutnya, mereka bekerja secara pararel hingga terbentuklah bentuk pesawat J-430 seperti yang ada sekarang ini.
Kata Tedi, setelah proses akhir seperti pengecatan, J-430 diuji coba engine run up alias pemanasan. Sambil pemanasan itulah diteliti kecepatan baling-baling pesawat, operasi mesin, dan komponen lainnya.
“Setelah engine run up, kita lihat indikasinya normal atau ada kendala. Untuk J-430 ternyata normal. Semua indikasi pesawat menunjukkan bahwa pesawat bisa terbang. Saya optimistis ini dapat terbang,” ungkapnya.
Tedi menyebutkan, pemerintah sangat membantu dalam proses perakitan, mulai dari persiapan komponen hingga penyusunan. Biaya pembuatan pesawat sendiri bersumber dari pemerintah lewat program Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Biaya untuk membuat satu pesawat tersebut menelan sekira Rp1 miliar. Jika J-430 dibuat banyak, biayanya akan lebih murah lagi.
Sayangnya, meski pesawat sudah jadi dan siap terbang, pihak SMKN 12 belum bisa melakukan uji coba terbang karena masih terkendala perizinan. “Pemerintah tinggal bantu kami mengurus perizinan,” ujarnya.
Untuk bisa uji coba terbang, J-430 harus mengantongi sertifikat dan registrasi penerbangan dari Menteri Pehubungan. Namun karena SMKN 12 lembaga pendidikan, maka tidak bisa langsung mengajukan izin. Izin bisa dilakukan jika diajukan lembaga penerbangan bukan lembaga pendidikan.
Untuk menyiasati perizinan, jelas Tedi, SMKN 12 bekerja sama dengan Federasi Aeromodeling Seluruh Indonesia (FASI). Dengan masuk FASI, pesawat J-430 bisa mengantongi izin.
“FASI juga telah menyanggupi mengurus izin. Rencana Desember 2011 kemarin izin sudah keluar, tapi belum ada kabar lebih lanjut lagi,” ujarnya.
Sumber
0 comments:
Post a Comment
Mohon tinggalkan komentar, karena setitik komentar anda akan sangat berharga dan tak ternilai demi kemajuan blog ini.
Dan maaf, kalau admin tidak bisa langsung membalas komentar anda sekalian, karena jarang online lewat komputer.
Terima kasih :)