Ketakutan berlebihan penderita gangguan gigi membuat pengobatan dokter gigi terhambat. Agar pasien lebih nyaman dengan tindakan medik yang dilakukan, sebagian dokter gigi memperkenalkan teknik hipnodontia, yaitu gabungan hipnosis dengan praktik kedokteran gigi.
”Hipnosis merupakan cara berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar. Ini bukan membuat pasien tidak sadar, tetapi justru mereka dalam tingkat kesadaran tertinggi,” kata dokter gigi spesialis bedah mulut dan master program neurolinguistik, Chairunnisa Amarta, saat meluncurkan buku Hypnodontia, Kamis (16/2) di Jakarta.
Hipnosis yang dilakukan tidak membuat pasien tertidur seperti dalam acara-acara hiburan di televisi. Pasien tetap sadar, ia hanya merasa lebih nyaman, tidak cemas, dan tidak merasa sakit.
Gelombang otak yang dipancarkan pasien yang sedang dihipnosis berada antara gelombang alfa dan theta. Pada kondisi ini, orang akan merasa seperti awal meditasi hingga meditasi mendalam. Saat tersadar dari hipnosis, otaknya memancarkan gelombang beta, yakni dalam kondisi sadar dan waspada.
Ketakutan saat berhubungan dengan dokter gigi ada sejak lama. Rendahnya kesadaran memelihara dan memeriksa gigi secara rutin membuat penderita datang ke dokter gigi dalam kondisi sudah parah.
Chairunnisa mengakui, penggabungan hipnosis dengan praktik kedokteran masih menimbulkan penolakan banyak kalangan medik. Hipnosis masih dianggap sebagai pseudosains (ilmu semu). Padahal, teknik ini sudah diterapkan untuk berbagai pengobatan dan tindakan operasi di beberapa rumah sakit di Belanda dan China.
Konsultan dan master program neurolinguistik, Ronny F Ronodirdjo, mengatakan, Asosiasi Dokter Amerika Serikat (AMA) mendorong penggunaan hipnosis untuk pengobatan sejak tahun 1958. Di Indonesia, pemerintah perlu segera mengatur pemanfaatan hipnosis untuk menghindari penyalahgunaan hipnosis untuk kejahatan.
Pada manusia, mengetahui sesuatu tidak berarti membuat seseorang berubah karena ada penolakan dalam dirinya, seperti tetap merokok meski tahu itu berbahaya dan enggan berolahraga walau kegemukan. ”Penolakan ini merupakan faktor kritis. Hipnosis merupakan proses untuk menembus faktor kritis hingga seseorang mau berubah,” kata Ronny.
Kini, penggunaan hipnosis makin berkembang, seperti untuk pengobatan (hipnoterapi), menghilangkan sakit saat melahirkan, membantu menguruskan badan, dan meningkatkan kepuasan hubungan suami istri.
(MZW)
Sumber :healthkompas.
0 comments:
Post a Comment
Mohon tinggalkan komentar, karena setitik komentar anda akan sangat berharga dan tak ternilai demi kemajuan blog ini.
Dan maaf, kalau admin tidak bisa langsung membalas komentar anda sekalian, karena jarang online lewat komputer.
Terima kasih :)