Friday, December 2, 2011

Kehidupan Atlet Indonesia yang Memprihatinkan

Habis manis sepah dibuang, mungkin kata - kata itu tepat untuk menggambarkan atlet kita yang telah mendapatkan emas di berbagai kompetisi dunia sekarang hidupnya ditelantarkan pemerintah. Setelah saya membaca artikel - artikel di internet dan melihat acara talk show di tv, banyak atlit - atlit kita yang hidupnya memprihatinkan pada jaman sekarang. Beda dengan atlit jaman sekarang yang kehidupannya serba mewah. Atlet jaman dulu juga minim bounus, sedangkan sekarang bonus berlipat - lipat. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat dibawah ini.
1. Suharto
Siapa sangka, mantan pebalap yang kini berusia 59 tahun itu pernah merebut medali emas pada SEA Games 1979 di Malaysia untuk nomor "Team Time Trial" jarak 100 kilometer. Bersama tiga rekannya saat itu, yakni Sutiono, Munawar Saleh, dan Dasrizal, tim balap sepeda Indonesia mampu mempecundangi pesaingnya dari Malaysia dan Thailand untuk merebut medali emas.Tapi sekarang dia menjadi penarik becak.
Dua tahun sebelumnya, di SEA Games 1977 yang berlangsung di Thailand, Suharto menyumbangkan dua medali perak untuk kontingen "Merah Putih" dari nomor jalan raya beregu dan perorangan.
"Saat itu, tim balap sepeda Indonesia tampil cukup solid sehingga bisa merebut medali emas," kata Suharto saat ditemui Antara di tempat kosnya di Jalan Kebon Dalem VII, Surabaya, Selasa (30/8/11).
Ia menceritakan bahwa kekuatan balap sepeda Indonesia pada era 1970-1980-an cukup disegani di kawasan Asia Tenggara.
Kenangan menjadi juara SEA Games tidak pernah dilupakan Suharto. Di kamar kos yang hanya berukuran 2 x 3 meter, Suharto menyimpan rapi seluruh medali dan piagam penghargaan yang pernah diperoleh dari berbagai ajang balapan nasional dan internasional.
Bapak tiga orang anak itu juga mengumpulkan kliping berita dari berbagai media cetak yang memuat keberhasilan tim balap Indonesia, termasuk juga foto bersama Presiden RI Soeharto.
"Semuanya masih saya simpan dan sekali waktu kalau kangen, saya buka lagi kliping-kliping itu," ujar pria kelahiran Surabaya pada 18 Februari 1952 itu.
Suharto menuturkan, ketika berhasil merebut medali di ajang SEA Games, dia dan teman-temannya tidak pernah memperoleh bonus uang dari pemerintah, seperti yang diterima atlet-atlet nasional saat ini.
"Kami hanya mendapatkan semacam piagam penghargaan yang diserahkan Gubernur Jatim di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Waktu itu cuma diajak makan-makan, tidak diberi uang saku," tambahnya.

2.Wongso Suseno
Sebut saja Wongso Suseno yang dulunya juara dunia OPBF pertama untuk Indonesia di kelas Welter (63kg). Sekarang-seakan jerih payahnya tak dihargai bangsa ini, beliau menjadi tenaga serabutan di salah satu perusahaan di Malang.

3. Minto Hadi
Nama lain yang tidak asing adalah Minto Hadi. Keperkasaannya di ring tinju membawa beliau  meraih juara 2 ranking OPBF untuk kelas terbang, namun kehidupannya setelah pensiun berkata lain. Beliau mengalami kebutaan akibat perjuangannya membela bangsa Indonesia. Sekarang beliau berprofesi sebagai tukang pijat di kota Malang.

4. Sarman Panggabean

Beli Rumah dengan Kredit
MENGHIDUPI istri dan 9 anak dengan pekerjaan sebagai karyawan bank diakui Sarman
Panggabean (64) sangatlah kurang. Terlebih hingga detik ini tak ada satu penghargaan atau bantuan mcnghampirinya.
"Hidup saya benar-benar susah kala itu, tapi mau bagaimana lagi, pemerintah tidak ada perhatian sedikit pun kepada mantan atlet, terutama saya,* paparnya.
Juara Sukan Cup di Singapura 1973 itu mengaku pasrah menjalani hidup prihatin lantaran ditelantarkan pemerintah. Namun, selaku kepala rumah tangga, dirinya tak ingin menyerah agar bisa selalu membahagiakan istri dan anak-anaknya. Cukup sudah membela negara saat itu, sekarang yang terpenting buat saya bagaimana caranya agar bisaterus membiayai keluarga, lanjut pria yang pernah retak tulang kering di kala kirinya.
Sebagai suami sekaligus ayah, rasa ingin membahagiakan keluarga tertanam benar dalam benaknya. Tak hanya limpahan materi yang ingin diberikan, tapi juga tempat tinggal. Akan tetapi, keterbatasan biaya membuat pria kelahiran Pematang Siantar, Sumut, 7 Maret 1967, terpaksa meminjam uang ke bank agar bisa membeli rumah. "Jangankan rumah, untuk beli motor saja saya harus kredit. Kalau enggak begitu, dapat uang dari mana saya?" akunya.
Mantan gelandang timnas yang mengaku memiliki kemampuan yang sama antan kala kanan dan laridalam menendang itu tak merasa kecewa atas sikappcmcrintah yang terkesan cuek akan masa depannya. Kecewa sih tidak, yang namanya hidup memang harus terus dijalani dengan kondisi apa pun, yang penting tidak menyerah. Toh rasa bangga yang dimiliki tidak bisa diganti dengan apa pun," kata Sarman.
Juara India Memorial Gandhi Cup (1974) ini tak pernah merasa hidupnya terpuruk akibat kekurangan materi. Membiayai pendidikan 9 anaknya pun selalu diusahakannya. Kalau minjam-minjam uang sih ada lah ya, tetapi memang tidak seberapa. Beruntung sejauh ini hidup saya baik-baik saja, sederhana, meski tidak melimpah harta," lanjutnya.
Setelah dicoret dari daftar pemain untuk membela Indonesia di Pra-Olimpiade 1976, pria yang ikut memperjuangkan reformasi PSSI tahun 2010 itu kembali dipanggil untuk memperkuat skuad Merah Putih tahun 1979. Sampai tahun 1980, Sarman mengundurkan diri dari timnas dengan alasan ingin melanjutkan kuliah dan meniti karir sebagai karyawan bank.
"Saya berpikir, kalau terus bermain bola dan mengesampingkan pendidikan, saya mau hidup seperti apa nantinya, sementara PSSI dan juga pemerintah tak bisa menjamin masa depan saya. Akhirnya, gelar sarjana ekonomi bisa saya raih Juga," kenangnya.

Saya baru menemukan empat atlit yang hidupnya sekarang serba kekurangan, mungkin masih banyak atlit lainnya yang sama nasibnya. Walaupun saya bukan atlit atau orang yang pernah mengharumkan nama bangsa tapi saya juga bisa merasakan bagaimana sedihnya.Semoga saja atlit - atlit sekarang tidak begitu nasibnya dan atlit - atlit jaman dulu secepatnya mendapat perhatian dari pemerintah. Dan saya cukup lega setelah menonton acara di tv saya mendengar bahwa atlit - atlit yang dulu pernah mengharumkan nama bangsa diharapkan segera melapor ke pemerintah.
Sekian dari Dwi Rahmadi

Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3

0 comments:

Post a Comment

Mohon tinggalkan komentar, karena setitik komentar anda akan sangat berharga dan tak ternilai demi kemajuan blog ini.
Dan maaf, kalau admin tidak bisa langsung membalas komentar anda sekalian, karena jarang online lewat komputer.

Terima kasih :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...